Jokowi Larang Ekspor Migor, Para Mafia Kelojotan Akhirnya Migor dan CPO dilarang diekspor. Efektif Kamis depan (28/4). Karena terbukti mafia Migor itu ada. Menterinya plintat-plintut. KPK juga tak berguna. Presiden terjun langsung. Kejaksaan dikerahkan. Karena duit Migor ini sudah mengalir ke mana-mana. Menyumbat pintu hukum. Membutakan mata hati. Ini sama seperti kasus batubara kemarin. Pengusaha ramai-ramai ekspor. Kewajiban untuk memasok kebutuhan dalam negeri diabaikan. Begitu ekspor dilarang, tiba-tiba para begundal itu jadi patuh. Migor juga begitu. Kran ekspor mau ditutup. Diberi waktu untuk menyelesaikan perjanjian dagang beberapa hari. Penutupan dilakukan sampai pasokan benar-benar melimpah. Sampai harganya benar-benar murah. Lutfi sebelumnya koar-koar, pasokan Migor "becek" di pasaran. Saking banyaknya. Tapi harganya tinggi. Itu artinya, para penimbun Migor justru sedang berpesta. Dan anehnya, harga Migor gak mau turun ketika HET dihilangkan. Padahal harga sudah mengikuti pasar. Itu terjadi karena migornya diekspor! Sampai kiamat harga Migor tidak akan turun. Karena harga di luar negeri sana sedang menggila. Sekali lagi Jokowi dikibuli pembantunya. Becek kepalamu. Ini begundal mafia Migor coba-coba lawan negara. Sebelummya saya pikir, Jokowinya yang lemah. Ternyata para begundal ini mendekati para menteri. Termasuk menteri yang dipercaya Jokowi. Masak iya, negara penghasil minyak sawit terbesar dunia, langka Migor? Alasannya, para pedagang yang menimbun. Memang berapa banyak mereka sanggup menimbun? Ada 50 juta ton minyak sawit yang diekspor. Sekarang Jokowi baru paham, dia dikibuli orang-orang di sekitarnya, yang sibuk dagang tiga periode. Yang sibuk melakukan window dressing. Seolah-olah semua baik-baik saja. Padahal urusan Migor yang gampang saja berantakan. Gak perlu pinter untuk ngatur Migor. Hanya diperlukan kewarasan dan nurani. Tapi nyatanya Lutfi tidak sanggup. Padahal dia termasuk orang pinter. Mantan duta besar untuk Amerika Serikat. Sekarang para mafia ini mencoba menganulir keputusan Jokowi. Mereka sudah mendekati pembisik di sekitar istana. Ada juga ancaman, mereka mau keluar dari program minyak goreng curah bersubsidi. Gara-gara proxy mafia dijadikan tersangka. Ya malah gampang, tutup saja pabriknya. Cabut izin perkebunan sawitnya. Biarkan perusahaan negara yang mengurus. Miskinkan para pemberontak itu. Makan dari negara kok mau melawan negara. Belum cukup kenyang perut kalian ya? Awalnya saya menduga Jokowi sudah kalah. Ini kan yang disebut kutukan periode kedua. Para mafia sudah sedemikian kuat. Proxy mereka ada di mana-mana. Dari Senayan, aparat hukum, sampai ke dalam tembok istana. Bahkan para intelektual yang diwakili ekonom tiba-tiba ramai membela para mafia. Mereka mengecam kebijakan menutup keran ekspor CPO. Intelektual komprador ini mencoba memantik isu. Yang kemudian akan digoreng di media massa dan medsos. Tapi ternyata, Jokowi tak serendah itu. Biarpun dikelilingi para benalu dan pembisik yang menjerumuskannya, Jokowi masih punya nurani. Maka tanpa diduga oleh para mafia, muncullah keputusan mengejutkan itu. Inilah sosok Jokowi yang kita kenal selama ini. Dia orang baik. Hanya saja, para oportunis mengepungnya. Bisikan yang menghanyutkan membuatnya sedikit terlena. Tapi ia cepat sadar, karena memang ada yang tidak beres. Hatinya menolak tunduk. Laporan dari bawahannya serba baik. Serba lancar. Asal bos senang. Faktanya, urusan yang gampang saja tak bisa diselesaikan. Masyarakat tidak boleh tinggal diam. Kita telah tahu kondisi di dalam istana. Jangan biarkan Jokowi sendirian. Kita harus kawal kasus gawat seperti ini. Kita awasi menteri-menteri bajingan yang tak punya nurani. Sebab proxy para mafia itu terus berupaya menjerumuskan Jokowi. Lawan! Kajitow Elkayeni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar