Copas FB
Hidup di negeri ini memang unik..
Manusia manusia yang sebenarnya diperjuangkan, eh malah merasa lagi dimusuhi keberadaannya. Contohnya disaat mengkritik invasi budaya arab yang kian marak saat ini, uniknya kebanyakan yang marah bukannya mereka yang malah keturunan Arab? Melainkan pribumi nya sendiri, yang berhidung mancung kedalam, serta ukuran penis termikroskopis sedunia.
Ambyarr..
Pribumi marah, saat ada yang mengkritik kenapa bahasa asing lebih dipelajari daripada bahasa Ibu kita sendiri?
Pribumi marah, saat ada yang mengkritik katanya Tuhan maha segalanya, tetapi kenapa untuk beribadah saja harus pakai bahasa negara lain, yang tidak dimengerti arti bahasanya?
Pribumi marah, saat ada yang mempertanyakan perilaku leluhur bangsa lain, namun bereaksi datar saja saat leluhurnya sendiri di setan setankan?
Pertinyiinyi? Apakah rata rata pribumi saat ini kesurupan jin Baghdad?
Wajar jika ada keturunan Arab yang memakai busana hasil budaya mereka serta mengagung agunkan leluhurnya sendiri. Wajar jika ada keturunan Arab, China, atau bangsa lain yang memakai bahasa Ibu mereka sendiri dan bentuk komunikasi sehari hari.
Lha kowe? Kowe kuwi sopone orang Arab? Pakai pakaiannya orang Arab, pakai kebiasaan orang Arab, pakai bahasa dan doa doa yang gak ngerti artinya babar blas dari Arab?
Dan lagi yang dikritik itu perilaku leluhurnya bangsa Arab, kok yang ngamuk malah remukan rengginang?
Ngaca woy ngaca?
Toh orang Arab di negara asalnya sana kebanyakan lebih cenderung kepingin memiliki saudara bule, daripada punya saudara yang hobinya kasbon kopi sambil menikmati gratisnya WiFi 17 jam.ðŸ˜
Sejatinya, peradaban bangsa kita lebih tinggi daripada peradaban bangsa Arab, buktinya King Salman lebih memilih mengunjungi Bali daripada Padang ataupun Aceh Darussalam. Tapi kenapa pribumi nya sendiri malah konslet pikirannya dengan mengagung agungkan peradaban budaya bangsa lainnya?
Ingat, pada abad ke 3 masehi, kita sudah bisa membangun candi dengan tingkat kerumitan arsitektur yang luar biasa.
Sedangkan pada saat yang sama, negeri yang kalian agung agungkan tersebut hanya mampu membangun bangunan berbentuk kotak saja, tak lebih.
Sadar? Tidak, saya tidak mengajak anda untuk sadar? Karena menyadarkan orang yang mendem dogma asing itu lebih berat, daripada menyadarkan orang yang kesurupan saat berada di pentas seni jaranan.
Saya hanya berharap, bahwa suatu saat generasi berikutnya bisa lebih terbuka pikiran dan hati nuraninya. Hingga kelak, bangsa Nusantara dikenal dunia sebagai negeri yang memiliki jati dirinya sendiri.
Bukan bangsa pengekor, apalagi budaknya bangsa lainnya.
Dan langkah pertama agar kita lebih mencintai negeri kita sendiri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar