Tommy Soeharto Danai Kerusuhan 22 Mei 2019?
IyanMay 24, 2019
A+A- Print Email
Membaca tulisannya mas Alif soal konspirasi kubu 02 hingga pecahnya kerusuhan secara sporadis yang terjadi di Jakarta pada tanggal 22 Mei 2019 membuat saya tidak habis pikir sepak terjangnya putra kesayangan koruptor nomor wahid di dunia dan pembunuh berdarah dingin yang menghabisi nyawa Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita dulu itu.
Global Transparency Report 2004 mencatat bahwa the Smilling Murder Presiden Soeharto adalah pemimpin yang terkorup di dunia.
Selama menjajah Indonesia 32 tahun lamanya Presiden terkorup di dunia yang bernama Soeharto itu telah merampok uang negara sebanyak US$15 miliar hingga US$ 35 miliar di negara yang GDPnya kurang dari US$ 700 per kapita.
Ada banyak kepentingan yang bermain dalam konstelasi pilpres 2019 ini, salah satunya permainan Cendana untuk mengembalikan kejayaan nama besar Soeharto dan mengamankan aset-aset kekayaan hasil jarahan korupsi Presiden Soeharto sepanjang era Orde Baru 32 tahun lamanya itu.
Info yang didapat mas Alif dari informan A1, berangkatnya Prabowo Subianto bersama 12 orang kroni-kroninya itu ke Brunei ada hubungannya benang merah dengan aksi kerusuhan yang terjadi secara sporadis pada tanggal 22 Mei 2019 yang meluluhlantakkan sebagian wilayah DKI Jakarta.
Mereka berangkat ke Brunei Darussalam dengan pesawat jet pribadi untuk mengambil uang tunai milik Tommy Soeharto yang akan digunakan untuk mobilisasi massa serta membiayai semua kebutuhan logistik untuk eksekusi di lapangan pada hari H 22 Mei 2019.
Untuk menggagalkan Jokowi menjadi Presiden lagi di periode yang kedua, mereka melakukan konspirasi dan permufakatan jahat dengan menciptakan kerusuhan pada tanggal 22 Mei 2019.
Proposal untuk menciptakan kerusuhan 22 Mei 2019 itu dirancang oleh Rizieq Shihab dalam bentuk Proposal, disetujui dan ditandatangani oleh Prabowo Subianto, dan didanai oleh Tommy Soeharto.
Kubu 02 ingin menciptakan kerusuhan seperti tahun 1998. Setidaknya ada 3 Mayjen dan satu Letkol yang terlibat langsung dalam eksekusi kerusuhan ini.
Nama-nama mereka sudah dikantongi Polisi untuk segera dilakukan penangkapan sesuai hukum dan undang-undang yang berlaku sahih di negara ini.
Tujuan besar pendanaan Tommy Soeharto melakukan konspirasi jahat itu tentu saja untuk mengembalikan kejayaan Cendana melalui tangan Prabowo Subianto.
Ada beberapa skenario kerusuhan yang mereka rancang, yaitu hoax makanan beracun, mendramatisasi penangkapan-penangkapan selama ini sebagai korban dikriminalisasi, memainkan narasi penembakan oleh aparat keamanan dengan menyelundupkan senjata ke Jakarta dari Aceh.
Lalu akan ada korban penembakan dan kemudian Polisi yang disalahkan. Senjata-senjata yang diselundupkan merupakan senjata tanpa registrasi eks GAM, seolah-olah terjadi penembakan oleh kepolisian.
Mereka juga sudah menyiapkan dengan matang video penembakan yang rencananya akan dibuzz di seluruh jaringan sosial media untuk memprovokasi massa.
Skenario jahat selanjutnya yaitu melakukan penjarahan di pusat-pusat perbelanjaan. Sasaran yang terdekat adalah Sarinah, KPU dan Bawaslu. Kemudian merembet ke pinggiran daerah Pulit dan Kelapa Gading.
Massa bayaran akan diarahkan untuk melakukan pembakaran rumah-rumah Duta Besar negara sahabat di sepanjang jalan Diponegoro dan rumah Dubes Australia di dekat Taman Suropati.
Tommy Soeharto tentu saja punya kepentingan untuk mengembalikan masa emas kejayaan bapaknya di era Orba. Dengan uang hasil jarahan bapaknya itu mereka membentuk partai politik untuk memecah suara.
Namun rakyat tidak akan lupa sepanjang hayat masih dikandung badan bahwa bapaknya Tommy Soeharto itu naik tahta kursi orang nomor satu di negara ini dengan berbagai kekerasan-kekerasan yang keji dan merawat kekuasaannya dengan cara-cara otoriter selama 32 tahun lamanya.
Sepanjang era rezim Soeharto, korupsi dilakukan secara terstruktur, masif, dan sistematis, salah satunya melalui yayasan-yayasan yang didirikan keluarga Cendana.
Yayasan-yayasan inilah yang dipakai the Smilling Murder itu sebagai sumber pendanaan untuk menopang kekuasaannya dan sebagai suntikan dana segar terhadap bisnis-bisnis yang dijalankan oleh anak-anaknya serta para kroni-kroninya.
Pada bulan Agustus 2000, the Smilling Murder Soeharto secara resmi didakwa Jaksa Agung karena telah melakukan penggelapan dana sebesar US$ 571 juta dari tujuh yayasan yang dipimpinnya selama menjabat presiden.
Setelah 15 tahun kemudian, keluarga Soeharto diwajibkan membayar ganti rugi senilai Rp 4,4 triliun kepada negara.
Masalah inilah yang membuat Syafiuddin Kartasasmita kehilangan nyawanya dibunuh Tommy Soeharto dengan sadis.
Hakim Syafiuddin dihabisi nyawanya dengan beberapa tembakan yang bwtsarang di dada dan kepalanya setelah menjatuhkan hukuman 18 bulan penjara serta denda Rp 30,6 miliar kepada Tommy Soeharto.
Dokumen diplomatik dari Kedubes Amerika Serijat di Jakarta yang dirilis oleh Arsip Keamanan Nasional George Washington University pada tahun 2017 silam merilis bahwa Soeharto terus memerintahkan represi yang berujung pembunuhan massal di beberapa provinsi di Indonesia.
Presiden Soeharto mencaplok Timor Leste dimana selama invasi di Timor Leste jumlah korban warga yang dihabisi militer Orde Baru tembus hingga 200.000 jiwa.
Itu belum termasuk dengan konflik Papua. Lebih dari 15 ribu orang Papua tewas meregang nyawa dalam operasi-operasi militer yang dilakukan di bawah kendali tangan besi Orde Baru.
Tulisan mas Alif adalah tulisan valid yang sumbernya A1 soal dana Tommy Soeharto yang akan digunakan untuk menciptakan kerusuhan massal di Jakarta pada tanggal 22 Mei 2019 karena sejarah mencatat kekejaman keluarga Cendana yang sudah mendarah daging dengan banjir darah adalah fakta sahih yang tak terbantahkan.
Bangsa ini sudah babak belur selama 32 tahun lamanya oleh keluarga Cendana, kini mereka mencoba bangkit kembali dari kubur dengan membiayai kerusuhan 22 Mei 2019 dari uang haram hasil rampok uang rakyat di era Orba.
Masih pantaskah para serigala berbulu domba itu mendapat tempat di hati rakyat? Hanya rakyat yang tolol, naif, dan buta nurani yang mudah terbius dengan mulut manisnya Prabowo Subianto, Titiek Soeharto dan sang putra mahkota Cendana yang bernama Tommy Soeharto itu.
NKRI harga mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar