Jumat, 03 April 2020

Tetap lakukan social distancing

Sharing dr anake Peti mati Ario, anaknya sekolah di USA kena corona.. pdhal anaknya stay di rumah aja (gak keluar2).. ketularan lewat ojek makanan


Saya jarang nulis hal pribadi di FB tapi kali ini mau saya coba. 
Saya punya anak pertama laki sekolah di US dan kebetulan sekolahnya di hot spot nya covid-19 di West coast. Waktu pasien pertama corona ada di US, pasien nya itu dirawat di clinic sekolahnya sekalipun letak clinic nya jauh dari campus. Tidak lama kemudian, salah satu dosen sekolahnya kena covid19 juga.

Sebelum dosen itu kena Covid-19, anak saya sudah jauh-jauh memilih untuk mengkarantina dirinya sendiri sekalipun dia masih usia 19 tahun dan dia tinggal di apartment bersama 1 housemate. Saya sempat kuatir karena saya sadar dia masih muda pasti kepingin nya itu ya keluar, cangkruk, hang out dengan teman2 nya. Tapi waktu saya peringati dia untuk tidak keluar2, dia kasih saya jawaban yang cukup mengejutkan untuk anak seusia dia. Dia bilang begini, " Mom, I am not too worry about myself, I know I am still young so I will survive. What I am worried the most is if by going out, I will accidently infecting elderly and they died because of me. My biggest fear is infecting poor elderly ". Jujur saya tersentuh sekali dengan jawaban dia karena saya sendiri tidak menyangka kalau dia bisa menaruh keselamatan diri orang lain diatas keinginan dia untuk senang2 pumpung masih muda dan merdeka. Mungkin dia juga tidak mau saya kuatir.

Kalau dasarnya org itu sudah mengerti betul apa gunanya self quarantine, semua nasihat saya ke dia jadi mudah diterima. Mulai kita berdua buat perencanaan. Ini epidemic, jadi kemungkinan besar dia akan kena Covid-19. It just a matter of when.

Sebelum saya mulai saya juga konsultasikan terus menerus dengan dokter keluarga saya mengenai apa yang bisa membantu anak saya selamat. Salah satu nasihat bagus dari dokter keluarga saya adalah jangan overdose dgn vitamin, supplements, atau bahkan dengan vaksin yang tidak ada hubungannya denegan corona. Semisal, vaksin flu dan lebih parah lagi vaksin pneumonia. Covid itu bukan flu, jadi vaksin flu ya tidak bisa mencegah covid. Pneumonia vaksin itu sudah diberikan pada saat kita bayi dan kepada orang usia 60 tahun keatas. Di luar itu tidak perlu.

Jadi saya mulai belanjakan buat anak saya. Mulai dari multivitamins yang bagus sekali, elderberries untuk boosting immune tapi ini untuk dimakan pada saat dia mulai kerasa tidak enak saja dan tidak lebih dari 2 minggu, cucurmin tea, Manuka honey, ginger tea, green tea. Saya tidak belikan dulu vitamin C yg dosis tinggi. Kemudian tentu saja saya belikan face masks, hand sanitizers, kedua hal ini tidak terlalu terpakai karena anak saya benar2 self quarantine. Kemudian karena saya masih kuatir, saya belikan juga Omron high blood pressure machine yg canggih dan Braun thermometer. Selebihnya saya cuma bisa berdoa.

Tiap beberapa hari saya akan ingatkan dia untuk jangan lupa minum yang banyak, makan yang banyak dan bergizi, istirahat yang cukup, sun bathing, exercise kalau bisa, semua nasihat saya dilaksanakan tanpa protes. Ini lho enaknya kalau berbicara dengan orang yang benar2 tahu kenapa dia harus self quarantine.

Jadi sebulan terakhir kira2, dia sibukkan diri sendiri dengan belajar karena sekolah tetap ada tapi melalui online dan sisa waktu dia pakai untuk membuat musik krn dia ada usaha sampingan sebagai pemusik. Untuk keseharian, dia kadang order masakan atau grocery yang kemudian diantarkan ke apartment dia.

Dengan kata lain, dia sudah melakukan semua hal yang benar.

Kemudian, kemarin malam, saya kirim WA ke dia karena kok sudah beberapa hari WA saya tidak dijawab. Akhirnya dia jawab..." Mom I have Corona... terus ditambahin dengan LOL.... dan no kidding" Anda bisa bayangkan jantung saya itu sudah jantuh ke lantai.

Langsung saya kontak melalui WA chat. Mana mungkin kamu kena corona kan kamu tidak pernah keluar rumah? Kok Bisa? Yakin Corona? Jawaban dia ini, " I think I get the virus from the food that I ordered or from the delivery guys. And yes I am pretty sure I get corona because of the symptoms are unlike I have every experience and they matches with corona symptoms. But you also have to be aware, Mom, not every corona infected person have the exact symptoms"

Kemudian dia mulai cerita perjuangan dia melawan Covid-19 sendirian pada usia masih 19 tahun. Ironis sekali kok sama angka 19 nya.

2 hari pertama dia develop fever. Menurut perkiraan dia sangat tinggi karena seluruh badannya sakit sekali dan menggigil nya luar biasa. Sejak kecil saya selalu ajari dia kalau panas dia harus minum terus dan kalau bisa jangan malah pakai selimut supaya panas nya bisa keluar badan. Kemudian dia bilang, ya dia minum terus, mungkin makan sedikit, vitamin dan supplement tetap dia makan sambil minum Tylenol yaitu obat seperti Panadol untuk sakit2 tubuh dan panas tingginya. Ini berjalan 2 hari. Rasanya seperti mau  mati katanya tapi selama dia dalam kesakitan itu yang dia selalu ingat adalah omongan positive saya, " You will survive because you are only 19. You will go through this! ". Itu terngiang-ngiang di pikirannya seperti mantra.

Begitu panas menurun, masuk ke hari ketiga, sakit tenggorokan luar biasa mulai. Seumur hidup dia belum pernah merasakan sakit tenggorokan yang begitu parah. Makan sudah tidak mungkin katanya. Tapi dia tetap ingat ajaran saya. Minum harus banyak. Jadi dia kesakitan seperti ini selama 2 hari dan bahkan sekarang saya tulis ini dia masih sakit tapi sudah membaik.

Dia benar2 berjuang sendiri menahan sakitnya tanpa bantuan orang sama sekali dengan mengandalkan obat anti sakit biasa yang saya belikan di supermarket.

Hari kelima adalah hari dia memberi tahu saya kalau dia infected dengan covid-19. Itu kemarin. 

Saya ada beberapa pertanyaan ke dia. Satu berapa temperature tubuhmu waktu panas sekali. Jawabannya dia ngeri sekali, "I don't know Mom. I was too sick, too weak to get the thermometer" .

Next question, saya sarankan dia untuk pergi ke RS atau clinic untuk di tes apa dia benar2 covid-19 positive. Jawaban dia lagi2 mengejutkan, " Mom, I need to take Uber to go anywhere, do you want me to infect the Uber driver? " ternyata sekalipun sakit seperti ini dia masih konsisten memikirkan keselamatan orang lain. Kemudian jawaban dia berikutnya menakutkan, " Plus, I have done my research before I get sick, I know I need to prepare myself when I am sick, I found that now in this area the hospitals and clinics are no longer testing people because this is a corona hot spot so they just assume that we all get it! ", dilanjutkan lagi jawabanya, " Even if I can go to hospital they will send me home for self quarantine and tell me that they can not help me because all the hospitals are already over flow so I have to get myself better by myself at home! "

Dalam menjelaskan ke saya dia bolak balik menenangkan saya. Jadi akhirnya saya beri dia nasihat lagi. Pertama2 dia harus memberi tahu housematenya yang justru di saat seperti ini tahu2 muncul di apartment untuk pulang balik ke rumah orang tuanya di San Jose. Kemudian saya ingat kan ke anak saya kalau 14 % orang yang sudah sembuh dari Covid-19 sakit lagi. Anak saya heran kok bisa katanya. Saya jelaskan sederhannya saja, saya dulu waktu bayi pernah kena chicken pox. Kemudian waktu saya kuliah di US, ada wabah chicken pox. Semua teman Indonesia saya kena chicken pox. Karena saya pikir saya sudah immune, saya hang out saja dengan mereka, apalagi housemate saya juga kena chicken pox. Ternyata akhirnya pada saat semua sembuh, saya sendirian yang sakit chicken pox untuk kedua kalinya. Dokter saya saat itu di US menjelaskan sekalipun saya sudah seharusnya immune dari chicken pox tapi saya over exposed dgn virus chicken pox kareng saya dikelilingi oleh orang2 yang sakit chicken pox sampai ketahanan tubuh saya pun akhirnya turun.

Jadi.... sekali pun kamu sudah kena Covid-19, tetaplah waspada seperti seolah-olah kamu belum pernah kena Covid. Tetap lakukan social distancing, hidup sehat, makan sehat, minum vitamin, jemur badan, istirahat dan lain sebagainya.

Saya tetap doakan supaya anak saya segera di pulihkan secara sempurna dan tidak terjangkiti Covid-19 untuk kedua kalinya.

Jadi ini pelajaran ya buat kalian semua, sekalipun kamu sudah mengamankan diri sebagus anak saya, kamu masih bisa kena Covid 19 krn corona itu virus dan virus itu susah untuk dikendalikan atau dihindari. Jangan cuma memikirkan keselamatan diri sendiri. Coba toh pikirkan orang lain dulu. Mungkin karena anak saya menempatkan kepentingan orang lain lebih tinggi dari kepentingan dia makanya Tuhan menyembuhkan dia.

Kalau kamu diingatkan keluarga atau teman untuk diam di rumah saja, jangan jadi orang keras kepala, marah, atau kamu ketawai. Siapa  tahu kamu secara tidak sengaja membunuh orang lain? Kalau sudah seperti itu kamu masih mau ketawa?

Terima kasih buat yang sudah mendoakan anak saya.

PS : Jangan cobai Tuhanmu

Salam hangat,

Yohana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar