Sabtu, 11 April 2020

JALAN PAGI SEHAT MUNGKINKAH TERTULAR COVID-19

Masih banyak bermunculan kerisauan masyarakat, khususnya yang rutin jalan pagi sehat, jogging, atau lari, membaca laporan penelitian dari mana-mana penjuru, termasuk artikel yang menuliskan bahaya tertular Covid-19 sewaktu jalan pagi sehat, jogging, atau lari. Seberapa benar pendapat itu?

Saya belum membaca pernyataan WHO memberikan imbauan agar tidak melakukan kegiatan jalan pagi sehat dengan alasan ada risiko tertular Covid-19. Bahwa kini melimpah ruah penelitian terfokus pada segala hal-ihwal Covid-19 dari banyak negara itulah yang baru kali ini terjadi. Semua menaruh perhatian besar untuk terus mencari fakta dan data ilmiah ihwal Covid-19. Barang tentu untuk kepentingan yang positif. Ribuan penelitian dilaporkan dari sekian ratus negara, baik dari otoritas terpercaya dan bertanggung jawab maupun yang tidak jelas dan kurang dapat dipertanggung jawabkan. 

Barang tentu hasil penelitian yang sahih dan menguntungkan masyarakat dunia ihwal Covid-19 yang akan direkomendasikan WHO untuk diterapkan demi kemaslahatan masyarakat dunia. Dari fakta dan data penelitian yang sahih kita menemukan logika medisnya. Logika medisnya yang membawa kita dapat bernalar apakah hal tersebut terbilang masuk akal.

Gambar kiri: hasil penelitian di Jepang, dengan foto berteknologi tinggi dapat menangkap partikel terhalus dari percikan ludah/lendir/ingus berasal dari semburan saluran napas. Hasilnya, percikan terhalus yang disebut sebagai microdroplets bisa menjangkau jarak lebih dari hanya 2 meter (sejauh kemampuan droplets) sebagaimana dianjurkan untuk physical distancing (jaga jarak antar individu). Dengan hanya bernapas semburan sekitar 1,5 meteran, namun dengan batuk bisa 4 meteran, sedang dengan bersin semburan percikan yang halus atau microdroplets bisa menjangkau lebih dari 6 meteran. Artinya sejarak sampai dengan 6 meter kita masih mungkin terjangkau oleh Covid-19 yang terbawa partikel halus tersebut, apabila kita berada di hadapan pembawa Covid-19. Itu fakta dan datanya.

Gambar kanan: yang mendampingi artikel penelitian dari Belgia dan Belanda yang tak jelas otoritasnya, hanya disebut nama  penulisnya, menemukan fakta penelitian bahwa dari kegiatan jalan, jogging, dan lari, semburan partikel yang disebut sebagai aerosol, yang artinya partikel berterbangan di udara (sama dengan yang dimaksud sebagai microdroplets di atas) itu akan tersebar ke belakang terbawa angin, yang dapat menjangkau sampai 5-20 meteran terhadap orang yang berada di belakangnya. Apabila diandaikan penelitian ini sahih, fakta dan data penelitian ini menjadi logika medisnya. Tapi apakah selalu bisa masuk akal?

Fakta dan data tersebut di atas masuk akal bila diasumsikan, baik yang menularkan atau pembawa Covid-19 maupun orang-orang di sekitar yang sejarak kemampuan partikel halus bisa menjangkaunya, sama-sama tidak memakai masker. Akan berbeda kemungkinan dan probabilitas tertularnya apabila masing-masing sudah memakai masker.

Kemungkinan tertular dari kegiatan jalan pagi juga terjadi andai orang yang berada di depan kita atau di sekitar kita sejarak partikel halus bisa menjangkau kita, betul positif Covid-19. Kemungkinan itu sekarang ini, orang yang tidak berkepentingan keluar rumah sangat kecil ada yang positif Covid-19 berkeliaran di luar rumah. Andai betul pun positif, dengan orang positif tersebut memakai masker, kejadian semburan partikel halus yang membawa Covid-19-nya tidak bakal berlangsung. Andaipun masih ada Covid-19 yang tersemburkan dari balik masker, kejadian penularannya masih terlindungi oleh masker yang kita pakai.

Melihat kondisi tersebut, kemungkinan kita tertular selama melakukan kegiatan jalan pagi, jogging, atau lari, ditentukan oleh di mana kita melakukan kegiatan tersebut? Apabila dilakukan di tempat publik, di wilayah yang lebih banyak orang luar dari pelbagai pelosok, tentu berbeda dibanding bila kita melakukannya di lingkungan sendiri, terbatas hanya orang selingkungan, selain ada beberapa tukang sayur, sopir, asisten rumah tangga. Bahwa di antara orang-orang ini ada yang pembawa Covid-19 mungkin saja bisa ada. Namun selama mereka bermasker, dan kita juga bermasker, kecil, bahkan nyaris tidak ada kemungkinan kita sampai tertular.

Kemungkinan tertular itu bisa saja masih ada, sekiranya benar sewaktu kita jalan pagi, jogging atau lari, ada orang yang berpapasan dengan kita, kendati dengan memakai masker, katakanlah bisa saja masih ada semburan Covid-19 yang bisa bocor lalu terbawa angin (aerosol), dan itu paling mungkin menempel pada rambut, dan atau pakaian kita. Itupun pada saat berdekatan berpapasan dengan kita, kebetulan sekali orang tersebut harus sedang batuk, atau bersin. Hanya sekadar bernapas, kecil saja semburannya (Gambar kiri). Itu alasan mengapa sehabis jalan pagi, jogging, atau lari atau dari luar rumah lainnya, kita seharusnya perlu langsung melucuti pakaian, sepatu, lalu mandi dan berkeramas, membuang masker sekali pakai, atau melepaskannya di luar rumah, atau mencucinya dengan sabun bila bisa dipakai ulang. Pada masker kemungkinan ada Covid-19 yang sudah melekat, yang apabila kita membawanya memasuki rumah, berarti membawa Covid-a19 andai benar sudah ada virusnya yang menempel di situ.

Jadi apabila kita menalar, kemungkinan kita tertular dari fakta dan data hasil penelitian yang kita asumsikan benar dan sahih secara medis, kita baru mungkin tertular apabila 1) betul ada pembawa Covid-19 yang berada di sekitar kita melakukan kegiatan jalan pagi, jogging, atau lari bersama kita; 2) orang tersebut tidak memakai masker, dan kita juga tidak memakai masker; 3) orang pembawa Covid-19 harus kebetulan sedang batuk dan atau bersin persis pada saat berada berdekatan dengan kita.

Jadi kalau begitu kenyataanya, tinggal kita menilai sendiri, seberapa besar kondisi itu, sehingga kita bisa mengukur seberapa besar kemungkinan kita sampai tertular Covid-19 yang masih masuk akal sehat kita.

Sekali lagi, tak cukup sebatas fakta dan data medis belaka, kita perlu memanfaatkan akal sehat kita, akal sehat semua orang, dan hal itu baru menjadikan kita bisa melakukan penalaran apabila sudah memahami fakta dan data sebagaimana diungkap di atas.

Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar