Jumat, 10 April 2020

INVESTOR & PASAR UANG MENILAI

by : BABO EJB

Kita akan baik-baik saja...

Pertengahan Januari, saya dapat informasi dari Singapore bahwa pasar uang dan modal akan dihajar oleh pemain. 

Apa pasal? menurutnya pemerintah Indonesia engga punya uang untuk menghadapi Virus Corona. Apalagi defisit APBN sudah melebar mendekati pagu yang ditetapkan UU. Engga ada tanda tanda solusi konkrit dari Jakarta. 

Makanya walau BI berusaha intervensi pasar, tetap engga ada pengaruh positipnya terhadapat Rupiah. Sebagai catatan, sampai dengan akhir Maret BI tekor USD 7 miliar untuk menjaga stabilitas rupiah.

Namun bulan februari saya dapat info dari teman di Jerman yang bekerja sebagai analis investasi. Menurutnya pemerintah Indonesia sedang berusaha mendapatkan dana melalui pasar the fed dengan menerbitkan global Bond bermata uang dollar Amerika. Rencana akan masuk ke bursa Frankfurt dan Singapore. 

Apakah itu mungkin? Bukankah pasar sedang kering likuiditas akibat pandemi COVID-19. 

Engga ada satupun negara yang berpikir terbitkan global bond lewat bursa. Mengapa? Kalau sampai gagal atau yield tinggi, itu bisa menjatuhkan reputasi negara. Itu akan jadi benchmark terhadap surat utang lainnya.  

Belakangan saya dapat informasi bahwa Deutsche Bank, Goldman Sachs, HSBC dan Citigroup, ikut terlibat mendukung penerbitan bond ini. Ada apa?

Logika sederhana saja. Kalau sampai bank papan atas mau mendukung dan global bond bisa dijual, ada dua kemungkinan alasannya. 

Pertama, Yield tinggi. Kedua, ada informasi valid yang membuat pasar confidence luar biasa kepada Indonesia. Ini bukan hanya data dan informasi formal. 

Tetapi pasti ada informasi yang tidak diketahui publik, namun sangat menentukan sukesnya penjualan bond. Kalau alasan pertama tadi, jelas itu engga sehat. Kalau karena alasan kedua, apa? informasi apa? 

Faktanya apa yang terjadi? ternyata global bond sukses diserap pasar. Itu bukan karena alasan pertama. Karena terbukti pricing atau yield yang lebih favorable atau lebih rendah dari rata rata bond yang ada di pasar. 

Nah pasti karena alasan kedua. Karena mana ada investor mau beli Global bond dengan harga murah dan bertenor 50 tahun serta berkatagori unsesure. Padahal banyak pilihan yang lebih bagus. Tetapi apa? 

Teman saya di Frankfurt mengatakan bahwa resiko COVID-19 bagi Indonesia itu sangat rendah sekali bila dibandingkan dengan negara lain. 

Ini bukan informasi abal abal. Pasti dasarnya sangat kuat. Kalau engga mana mungkin sampai mempengaruhi orang berduit beli global bond. Apalagi sejak januari sampai maret tidak ada negara yang terbitkan global bond kecuali indonesia.  

Daya tahan ekonomi Indonesia dianggap mampu untuk mengatasi sampai COVID 19 berakhir.  Ini akan cepat berakhir dan ekonomi akan cepat recovery. 

Keyakinan semakin tinggi ketika Jokowi berani mengeluarkan PERPPU stabilitas ekonom dan moneter. Artinya dukungan politik Jokowi sangat besar. Di tambah lagi komite Fed dalam vote of confidence menetapkan Indonesia sebagai mitra global untuk fasilitas REPO line. Ini menandakan pemain pasar berskala global sangat confidence, dan itu pasti ada informasi yang mereka kuasai sehingga sampai bersikap positip terhadap indonesia di tengah covid 19.

Kedepan kalau rupiah stabil sesuai dengan asumsi perubahan APBN maka, itu menandakan apa yang diperkirakan oleh IMF ada benarnya. Bahwa indonesia termasuk salah satu dari tiga negara di dunia yang kuat di tengah krisis ekonomi dunia dan COVID19. 

Yang menilai pasar, bukan politisi atau pengamat. 

Pemain pasar engga pernah salah menentukan sikap. Karena mereka bukan kumpulan orang  bokek yang ngayalnya tinggi.

( Babo Erizeli Bandaro adalah pelaku di dunia financial market )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar