Seorang pria yang hendak menikmati makan di sebuah restoran.
Berkata kepada pelayan "Saya tak bisa makan sup ini..."
Pelayan
Dengan buru² berkata, "Maaf tuan, saya akan memanggil manajer restoran ini."
Manajer datang dan segera berkata,
"Maaf tuan, saya akan panggil juru masaknya."
Setelah bertemu juru masak,
Pria tersebut berkata, "Tuan juru masak,
saya tak bisa makan sup ini..."
Juru masak tersebut bertanya,
"Apa ada yang salah dengan sup ini?"
Pria tersebut menjawab,
"TIDAK ADA
hanya saja saya belum di beri sendok."
Cerita di atas mewakili satu kata:
Prasangka atau Asumsi.
Pelayan dan manajer memiliki prasangka yang salah mengenai perkataan pelanggannya,
mereka berasumsi bahwa si koki keliru masak.
Prasangka inilah yang kerap menimbulkan miskomunikasi, SALAH PAHAM,
b a h k a n perselisihan;
Belum mengetahui kebenaran yang seutuhnya, kemudian men-duga² sendiri dan karena memiliki prasangka yang negatif,
timbullah gosip yang memicu pertengkaran.
Gosip selalu di bangun dengan Prasangka atau Asumsi, bukan Fakta.
Kita menuduh seseorang melakukan pelanggaran hanya berdasarkan prasangka atau asumsi, bukan di dasarkan bukti yang jelas,
jangan sampai kita berpikir, bertindak dan mengambil keputusan hanya karena prasangka atau asumsi.
Prasangka atau Asumsi bukanlah Fakta yang layak untuk di percaya;
LEBIH BAIK TIDAK BICARA DARI PADA BERBICARA SESUATU YANG TIDAK BENAR.
"Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran,
tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi."
(Amsal 10:19)
Goϑ ϐlešš Yoυ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar